Coba

Hallo, Welcome To My Blog

Senin, 17 Maret 2014

Tugas Softskill Bulan Pertama


1.   CONDITIONAL SENTENCE

Exercise:  21
Page      :  97

1.    Henry talks to his dog as if it understood him
2.    If they had left the house earlier, they  wouldnt’ve been so late getting to the airport that the could not check their baggage.
3.    If I finish the dress before Saturday, I will give it to my sister for her birthday.
4.    If I had seen the movie, I would tell you about it last night.
5.    Had Bob not interfered in his sister’s marital problems, there would’ve been peace between them.
6.    He would give you the money if he had it.
7.    I wish they stoped making so much noise so that i could concentrate.
8.    She would call you immediately if she needed help.
9.    Had they arrived at the sale early they wouldn’ve found a better selection.
10. We hope that you enjoyed the party last night.
11.  If you have enough time, please paint the chair before you leave.
12.  We could go for a drive if today were Saturday.
13.  If she wins the prize, it will be because she writes very well.
14.  Mike whised that the editors had parmited him to copy some of their material.
15.  Joel whises that he had spent his vacation on the Gulf Coast next year.
16.  I will accept if they invite me to the party.
17.  If your mother buys the car for you, will you be happy?
18.  If he had decided aerlier, he could have left on the afternoon flight.
19.  Had we known your address, we wouldn’ve writen you a letter.
20.  If the roofer doesn’t come soon, the rain will leak inside.
21.  Becausee Rose did so poorly on the exam, she wishes that she had studied harder last night.
22.  My dog always wakes me up if he hears strange noises.
23.  If you see Mary today, please ask her to call me.
24.  If he gets the raise, it will be because he does a good job.
25.  The teacher will not accept our work if we turn it in late.
26.  Mrs. Wood always talks to her tenth-grade students as though they were adults.
27.  If he had left already, he wouldn’ve called us.
28.  If they had known him,  they wouldn’ve talked to him.
29.  He would understand it if you explained it to him more slowly.
30.  I could understand the French teacher if she spoke more slowly.

2.      ADJECTIVES,  ADVERBS AND COMPARISON DEGREE

Exercise    26
Page          107

1.   Rita plays the violin well.
2.   That is an intense.
3.   The sun is shining brightly.
4.   The girls speak fluent.
5.   The boys speak Spanish fluently.
6.   The table has a smooth.
7.   We must figure our income tax returns accurately.
8.   We don’t like to drink bitter.
9.   The plane will arrive soon.
10. He had an accident because he was driving too fast.

Exercise     27
Page          109

1.      You could sounds terrible.
2.      The pianist plays very well.
3.      The food in the restaurant always tastes good.
4.      The campers remained calm despite the thunderstorm.
5.      They became sick after eating the contaminated food.
6.      Professor Calandra looked quickly at the students sketches.
7.      Paco was working diligently on the project.
8.      Paul protested vehemently about the new proposals.
9.      Our neighbors appeared relaxed after their vacation.
10.   The music sounded too noisy to be classical.


Exercise      28
Page            114

1.      John and his friends left as soon as the professor had finished his lecture.
2.      His job is more important than his friend’s.
3.      He plays the guitar as well as Andres Segoiva.
4.      A new house is much more expensive than an older one.
5.      Last week was as hot as this week.
6.      Martha is more talented than her cousin.
7.      Bill’s descriptions are more colorful than nis wife’s.
8.      Nobody is happier than Maris Elena.
9.      The boys felt worse than the girls about losing the game.
10.   A greyhound runs faster than a Chihuahua.

Exercise      29
Page            114

1.      The Empire State Building is taller than the Statue of Liberty.
2.      California is farthet from New York than Pennsylvanis.
3.      His  assisnment is different from mine.
4.      Louie reads more quickly than his sisters.
5.      No animal is so big as King Kong
6.      That report is less impressive than his professor’s.
7.      Sam wears the same shirt as his teammates.
8.      Dave paints much more realistically than his professor.
9.      The twins have less money at the end of the month than they have at the beginning.
10.   Her sports car is different from Nancy’s.

Exercise      30
Page            117

1.      Of the four dresses, I like the red one better.
2.      Phil is the happiest person that we know.
3.      Pat’s car is faster than Dan’s.
4.      Tis is the creamiest ice cream I have had in a long time.
5.      This poster is more colorful than the one in the hall.
6.      Does Fred feel better today than he did yesterday?
7.      This vegetable soup taste very good.
8.      While trying to balance the baskets on her head, the women walked more awkwalrdly than her daughter.
9.      Jane is the least athletic of all the women.
10.    
11.   Tis summary is the best of the pair.
12.   Your heritage is different from mine.
13.   This painting is less impressive than the one in the other gallery.
14.   The colder the weather gets, the sicker I feel.
15.   No sooner had he received the letter than he called Maria.
16.   A mink coat costs twice more than a sable coat.
17.   Jim has as few opportunities to play tennis as I.
18.   That recipe calls for much more sugar than mine does.
19.   The museum is the farthest away of the three buildings.
20.   George Washington is more famous than John Jay.

Selasa, 21 Januari 2014

AYAH

Ayah.....
Ribuan kilo jalan yang engkau tempuh
Semak belukar hutan belantara di lalui
Begitu besar pengorbanan mu
Lewati rintang untuk aku anak mu

Ayah....
Kini usia mu sudah menua
Tubuh kekar kini memucat
Tenaga kuat kini mulai melemah

Tatapan mata kini mulai berkurang
Namun engkau tetap terus berjalan
Walau telapak kaki
Penuh darah... penuh nanah...

Ayah....
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Seperti hujan doa yang engkau panjatkan
Tak mampu ku untuk membalas semuanya

Ayah.....
Ingin aku menangis di pangkuan mu      
Sambil merasakan belain tangan mu yang lembut
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu


SENANGNYA HATI

Alhamdulillah aku bersyukur kepada allah atas yg telah allah berikan kepadaku , semester ini aku mendapat nilai yang lumayan baik dari semester-semester yang lalu. Aku hanya ingin membahagiakan orang tua saya apalagi mama .tapi ,musim hujan tiba yamh membuat aku menjadi malas untuk kuliah karna aku sekarang tak sekuat dulu fisik ini semakin lama semakin menurun bogor- depok bukan jarak yang dekat aku harus menempuh waktu yang lama dan kehujanan . semua yang baik itu membutuh pejuangan yang sangat besar menurut,pepatah bersakit – sakit dahulu bersenang – senang kemudian,bersakit-sakit dahulu bersenang – senang kemudian. Semoga allah mengabulkan do’a saya setelah saya mendapat gelar sarjana saya bisa kerja ditempat yang saya cita-cita kan, mendapat posisi yang nyaman dan baik .aku berharap allah mendengarkan doa hambanya

HATI YANG RESAH

Keadaan sekarang tidak sesuai yang dinginkan awalnya aku merasa yakin dengan hati ini semenjak kemarin dia mempermasalahkan hal yang sangat penting buat diruku, dia memperhitungkan itu bukan materi yang aku minta tetapi hanya meminjam . aku tak yakin jika nanti aku harus dibiayai kuliah dengan dirinya apakah tidak akan diungkit , seberapa besar dia menanggung beban hidupku aku sekarang semakin mulai percaya dengan firasat mama, aku takut aku akan di kecewakan dengannya dengan ucapannya nanti .apalagi dengan ucapannya semalan seakan aku hanya menjadi beban untuk dirinya.aku hanya takut jika aku harus salah dalam memilih aku takut karna yang aku jalani nanti adalah sebuah kehidupan yang bukan main-main aku takut mengecewakan perasaan kedua orang tua saya jika saya salah memilih dan saya sendiri yang salah memaksakan mereka untuk merestui saya . ya allah bantu hamba untuk memiih mana yang baik untuk aku jalani.

Selasa, 31 Desember 2013

CERPEN KEJUTAN ULANG TAHUN KU



DI BERI KEJUTAN

Saat bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung mencari teman-temanku yang aku sebut bantara untuk berkumpul. Bantara  adalah nama sebuah organisasi yang kami jalani, yaitu organisasi Pramuka. Bantara  merupakan singkatan dari bantuan tentara rakyat . Setelah beberapa menit mencari, akhirnya aku dan teman-temanku bertemu. Tetapi ada seorang temanku yang belum bertemu denganku, yaitu Wasky. Aku coba menghubunginya melalui SMS tetapi tidak dibalas. Aku coba menelponnya tapi nomornya sedang tidak aktif. Akhirnya aku memutuskan untuk menjemput dia kerumahnya.
“Sof, Wasky gak ada nih, kamu tahu gak dia ada dimana?”  Tanyaku pada Sofi ketika dia sampai diruangan tempat kami berkumpul.
“Gak tahu, coba kamu cari dikelasnya, mungkin masih disana.” Jawab Sofi sambil tetap fokus memainkan hpnya.
“Udah aku cari ke setiap sudut sekolah tapi aku tidak menemukannya.”  Jawabku sedikit panik, karena sebentar lagi kumpul dimulai.
“Yaudah kamu kan bisa SMS atau telpon dia, apa susahnya sih?!” Jawabnya agak sinis.
“Udah aku coba SMS dan telpon tapi nomornya enggak aktif. Coba kamu bantu cari apa susahnya sih?!”  Jawabku agak kesal.
“Terus kalau aku bantuin cari, yang koordinir teman-teman yang lain siapa?! Cari sendiri apa susahnya?!” Jawabnya marah.
“Ah sudahlah! Biar aku susul kerumahnya saja, mungkin dia sudah pulang.” Jawabku sambil pergi.
“Yaudah, kenapa gak daritadi aja kaliiiiii??!!!!”  Jawabnya makin kesal.
Aku hanya melirik ke arahnya dengan tatapan kesal. Aku mengambil motor ditempat parkir dengan kasar. Kemudian melaju dengan kecepatan tinggi. Aku tak tahu kenapa, hari ini Sofi begitu sensitif. Dia jadi mudah marah, padahal kan tadi aku hanya bertanya.
            Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya aku sampai dirumah Wasky. Rumahnya tampak kosong. Aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam beberapa kali namun tak ada yang menjawab. Ketika aku memutuskan untuk kembali ke sekolah, tiba-tiba pintu dibuka. Wasky sendiri yang membukanya. Dengan mulut yang penuh dengan nasi, dia bertanya: “Ada apa Wan?” 
            “Ada apa ada apa! Hari ini ada kumpul! Kenapa kamu malah pulang?!” Aku berdengus kesal.
            Sambil mengunyah dia berkata “Oiya Wan aku lupa.” Jawabnya dengan muka polos. “Aku habiskan nasiku dulu ya. Setelah itu baru kita pergi.” 
            “Ah gausah gausah! Nanti kita telat. Ayo cepetan!” Jawabku panik. Kemudian dia bergegas mencuci tangannya lalu ikut naik motor denganku.
            Tak terasa, akhirnya aku dan Wasky sampai disekolah. Teman-temanku yang lain sudah menunggu cukup lama diruangan tempat mereka kumpul. Hal itu membuat mereka merasa kesal. Aku dan Wasky menjelaskan mengapa kami datang kesekolah telat dan kami berdua meminta maaf pada teman kami. Kemudian kami semua membicarakan tentang masalah keorganisasian bantara yang sedang kami alami. Kami semua berdemokrasi untuk menyelesaikan masalah  tersebut. Namun, Elma, salah satu anggota bantara , menyalahkan aku sebagai penyebab atas permasalahan yang ada. Aku terkejut, mengapa tiba-tiba seorang temanku itu menyalahkan aku?
            “Teman-teman, kalian semua tahu gak penyebab dari masalah yang kita alami sekarang? Penyebabnya itu adalah dia!” Ujar Elma sambil menunjuk ke arahku.
            Aku dan beberapa temanku terkejut. Mengapa Elma bisa berbicara seperti itu padaku?
            “Apa? Aku? Kenapa aku yang disalahkan Elma? Kamu kalau ngomong jangan sembarangan!” Bantahku dengan sedikit kesal.
            “Ya siapa lagi kalau bukan kamu?! Kamu kan ketua dari organisasi ini. Yang harus disalahkan ya berarti kamu!” Jawabnya marah.
            “Enak aja kamu ngomong! Enggak setiap masalah yang ada itu penyebabnya adalah ketuanya senidiri!” Jawabku ikut marah.
            “Ah udah-udah! Bisa ga sih kalian ngomongnya gak usah marah - marah?! Gak usah berisik?! Banyak orang tuh diluar, malu sama orang-orang!” Saut Anissa salah satu anggota bantara.
            Saat kami sedang berbincang-bincang, karena suara kami keras akhirnya terdengar oleh beberapa anggota senior bantara kami, yaitu teh Irma, teh Caroline, dan kang Jamal. Kemudian mereka masuk dan merasa heran dengan suasana yang terjadi diruangan ini.
            “Ada apa ini? Ko pada ribut kaya gini?” Tanya teh Caroline dengan heran.
Seketika kami semua langsung diam dan kembali duduk ditempat kami masing-masing.
            “Ini teh kami lagi ngomongin masalah yang lagi kita alami sekarang.” Jawabku dengan pelan.
            “Oh gitu, terus kenapa sampe pada ribut gini?” Tanya teh caroline lagi.
            “Maaf teh, kita kebawa emosi gara-gara dia!” Jawab Sella yang merupakan anggota bantara juga sambil menunjukku.
            “Apaan kamu Sella tiba-tiba nyalahin aku?” Jawabku mulai kesal.
            “Ah kamu jangan pura-pura enggak tau gitu!” Saut Nuni yang juga anggota bantara.
            “Apaan sih kalian! Kok jadi tiba-tiba nyalahin aku kaya gini?” Jawabku sedikit marah.
            “Sudah-sudah! Gausah pada ribut gini! Coba sekarang kalian ceritain kronologi dari masalah ini!” Saut teh Irma yang mulai kesal.
            Kemudian kami meneceritakan kronologi dari masalah yang sedang kami alami sekarang. Setelah selesai menceritakannya, kemudian senior pramuka kami itu meminta aku dan Sofi yang merupakan Ketua dan Wakil Ketua dari bantara untuk berdiri didepan. Kemudian mereka mengintrogasi kami berdua.
            “Kalian berdua gimana sih? Masalah kaya gini aja gak berhasil kalian beresin?” Tanya kang Jamal dengan sedikit marah.
            “Iya kalian berdua gimana sih? Kamu lagi Indriawan! Kamu ketuanya malah kamu penyebab dari masalah ini!” Saut teh Caroline ikut marah.
            “Maaf teh, tapi bukan saya penyebab dari masalah ini.” Bantahku.
            “Bohong teh, emang benar penyebabnya Indriawan.” Saut Sofi.
            Aku terkejut, aku tak percaya kenapa Sofi bisa berbicara seperti itu? Aku tak terima dia bicara seperti itu. Lalu aku coba membantah omongannya.
            “Apa maksud kamu Sof? Aku gangerti. Kenapa kamu jadi nyalahin aku gini?” Aku membantahnya.
            “Ah kamu jangan pura-pura gak tahu gitu! Semuanya udah tahu kok!” Jawab Sofi dengan kesal.
            “Tahu apaaa? Aku bener-bener gak ngerti Sof. Kenapa jadi kaya gini?” Tanyaku dengan bingung.
            “Udah diem kamu Indriawan! Kalau salah ya salah aja! Jangan banyak alesan!” Saut teh Irma dengan suara lantang.
            “Dengerin tuh! Temen kamu sendiri yang bilang kalau kamu itu salah! Mau alesan apa lagi kamu?” Sambung teh Caroline dengan suara lantang juga.
            “Tapi teh, aku gak kaya gitu.” Bantahku lagi.
            “Udah kamu jangan banyak omong Indriawan!”  Jawab teh Caroline lagi.
            “Tolong teh, ijinkan aku memberi penjelasan dulu.” Pintaku
            “Penjelasan apaaa??? Semuanya udah jelas gak ada yang perlu dijelasin lagi!” Jawab teh Caroline.
            “Ah udah diem kamu Indriawan!” Sambung kang Jamal.
            Kemudian aku pun diam. Aku masih bingung dan tak percaya kenapa mereka jadi seperti ini? Kemudian seniorku itu meminta pendapat pada teman-temanku yang lain.
            “Sekarang teteh minta pendapat dari kalian semua. Sok siapa yang mau ngasih pendapat?” Pinta teh Irma.
            “Aku teh!” Saut Elma. “Menurutku Indriawan egois!”
            “Sok siapa lagi?” Tanya teh Irma.
            “Aku teh! Menurutku Indriawan gak bertanggung jawab!” Jawab Nadira.
            Aku semakin bingung kenapa mereka bicara seperti ini? Tapi aku tidak tinggal diam. Aku coba membantah omongan mereka. “Tapi teh, aku....”
            “Diem kamu Indriawan! Gak ada yang nyuruh kamu ngomong!” Saut teh Caroline.
            Aku pun kembali diam. Aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang?
            “Sok siapa lagi? Masih ada?” Tanya kang Jamal.
            “Aku! Menurutku Indriawan gak dewasa.” Jawab Amel.
            “Menurutku Indriawan kekanak-kanakan.” Saut Nuni.
            “Menurutku Indriawan suka marah-marah gak jelas.” Sambung Sella.
            “Menurutku Indriawan keras kepala.” Saut Helvia.
            “Menurutku Indriawan gak mau kalah, dia pengen menang sendiri.” Jawab Bunga.
            “Menurutku Indriawan kurang peduli terhadap anggotanya.” Jawab Iis.
            “Menurutku Indriawan bukan pemimpin yang baik.” Jawab Yusi.
            “Menurutku Indriawan gak pantes jadi ketua!”  Jawab Anissa.
            Mendengar perkataan teman-temanku tadi aku terkejut. Aku bingung. Aku sedih. Aku tak percaya mereka bisa berbicara seperti itu padaku, tapi aku hargai pendapat mereka, aku jadikan itu sebagai bahan untuk introspeksi diriku untuk membuatku menjadi seseorang yang lebih baik. Lalu aku tidak tinggal diam. Aku coba membantah omongan mereka semua.
            “Maaf, tapi aku tidak seperti itu. Itu semua tidak benar.” Bantahku.
            “Mau alesan apalagi kamu? Udah jelas-jelas kamu salah! Udah banyak temen kamu yang bilang!” Sambung teh Caroline.
            “Maaf teh, tolong kasih kesempatan aku untuk melakukan pembelaan.” Pintaku.
            “Pembelaan apalagi? Semuanya udah jelas!” Jawab teh Caroline.
            “Tunggu teh, menurutku semua perkataan teman-temanku tadi tidak benar.” Saut Mega.
            “Iya, Indriawan tidak seperti itu.” Ujar Resti.
            “Benar, menurutku Indriawan enggak egois, dia juga bertanggung jawab.” Sambung Desy.
            “Indriawan Pemimpin yang baik.” Jawab Wasky.
            “Indriawan juga pantas jadi ketua.” Saut Laras.
            “Iya benar, aku setuju sama semua omongan teman-temanku tadi.” Sambung Fitri.
            Mendengar jawaban beberapa temanku tadi, aku terkejut sekaligus merasa senang karena masih ada diantara teman-temanku yang membelaku. Aku merasa sedikit tenang.
            “Baik, sudah cukup. Kami terima semua pendapat kalian.” Kang Jamal memotong.
            “Gimana Indriawan? Seneng ada yang belain?” Sambung teh Caroline.
            “Tapi yang belain kamu Cuma 6 orang tuh!” Saut teh Irma.
            “Masih banyak yang gasuka sama kamu daripada yang belain kamu!” Sambung kang Jamal.
            “Gapapa, yang penting masih ada yang membelaku. Makasih buat temen-temen yang udah belain aku.” Jawabku.
            “Tapi dengan gitu kamu tetep salah Indriawan! Sebagian besar temenmu nyalahin kamu!” Ujar teh Caroline sambil kesal.
            “Sekarang mau kalian apain nih temen kalian yang satu ini?” Tanya teh Irma.
            “Udah keluarin dari Capas 2013 aja teh!” Saut Elma.
            “Iya setuju keluarin aja!” Sambung Sella.
            “Gimana tuh Indriawan? Temen kamu sendiri pengen kamu keluar?” Tanya teh Caroline.
            “Tidak teh, aku tidak mau keluar dari bantara. Aku masih ingin berjuang bersama teman-temanku.” Jawabku dengan sedih.
            “Tapi aku gak mau lagi berjuang sama kamu! Aku mau kamu keluar aja!” Sambung Anissa.
            “Iya aku juga maunya kamu keluar aja!” Sambung Nadira.
            “Dengerin tuh apa kata temen-temenmu Indriawan! Mereka udah gamau lagi berjuang bareng  kamu. Mereka pengennya kamu keluar bantara .” Ujar teh Caroline.
            “Yaudah sekarang pake tas kamu Indriawan!” Ujar kang Jamal.
            “Tidak, saya tidak mau!” Bantahku.
            “Cepetan pake!” Sambung kang Jamal.
            “Tapi aku masih ingin berjuang sama teman-temanku!” Jawabku.
            “Tapi teman-temanmu udah gak mau berjuang lagi sama kamu Indriawan!” Sambung teh Irma.
            “Maaf, tapi saya masih mau berjuang dengan Indriawan.” Jawab Mega dengan sedih.
            “Tapi saya udah gak mau Mega !” Elma menjawab dengan sedih juga.
            “Tapi saya masih tetap ingin Indriawan berjuang bersama kami. Saya tidak ingin Indriawan keluar!” Saut Mega sambil menjatuhkan air mata.
            “Udah kamu Mega gausah nangis! Biarin aja! Orang kaya dia gak pantes ditangisin!” Saut Sofi.
            “Diem kamu Sofi!!” Jawabku dengan kesal.
            “Udahlah Mega, biarin aja orang kaya dia gak pantes bareng sama kita.” Sambung Elma yang ikut menangis.
            “Udah kalian diam! Tolong kalian jangan nangis gara-gara masalah ini. Aku gak tega liat kalian kaya gini! Udah cukup! Kalau gini, baiklah, aku akan keluar dari bantara kalau emang ini yang terbaik!” Ucapku sambil tak tahan menahan jatuhnya air mata.
            “Indriawan jangannnn!!!” Saut Mega sambil menangis kencang.
            Tiba-tiba, sesuatu yang mengejutkan tiba. Seorang perempuan datang menghampiriku dengan membawa kue. Aku tak tahu siapa dia. Lalu ku usap air mataku, ternyata dia adalah pacarku. Lalu mereka semua bersorak sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun padaku. Aku terkejut, ternyata yang mereka lakukan tadi itu semua hanya sandiwara. Mereka semua mengerjaiku. Sedih sekaligus senang yang aku rasakan saat itu. Seketika aku menangis sambil berteriak: “AGHHHHHHH ! AKU DIKERJAIN!!!”